Pada awal
kemunculannya, Bitcoin memang digagas sebagai alat pembayaran alternatif yang
lebih aman, cepat dan tanpa pihak ketiga. Namun seiring waktu harga Bitcoin
mulai tidak stabil, cenderung naik dan naik. Namun kondisi ini juga mengundang
perdebatan apakah sebenarnya Bitcoin lebih cocok sebagai uang atau kah aset investasi ? Mari kita ulas.
Apakah Bitcoin
Memnuhi Syarat Sebagai Uang/Alat Tukar ?
Dari segi
definisi, menurut situs uangindonesia.com, uang adalah Sesuatu yang tersedia
dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang
dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya bahkan untuk pembayaran hutang.”
Selain definisi
di atas, dijelaskan pula bahwa salah satu syarat benda bisa menjadi uang adalah
cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value). Sampai disinilah
kita yang semula menganggap Bitcoin bisa menjadi uang alternatif harus berpikir
ulang, apakah Bitcoin memenuhi syarat ini ?
Harga Bitcoin
yang cenderung tak menentu bahkan terus beranjak naik, rencana pembatasan
jumlah Bitcoin yang konon akan dibatasi, semakin membuktikan bahwa memang
Bitcoin bukanlah uang dalam arti sebagai alat tukar.
Beda Bitcoin
Sebagai Mata Uang Virtual Dengan Uang Elektronik
Dalam sisi
bentuk fisik benda/uang yang sama-sama tidak nyata, Bitcoin tetap berbeda
dengan uang elektronik. Sebagian kita mungkin mulai terbiasa melakukan
transaksi dengan uang elektronik seperti Sakuku oleh BCA, Mandiri eCash, dan Rekening
Ponsel CIMB Niaga.
Namun dalam hal
ini Bitcoin dan sejenisnya bukan tergolong uang elektronik melainkan uang
virtual. Beda antara uang elektronik dan uang virtual menurut CEO Bitcoin
Indonesia Oscar Darmawan, seperti dilansir
Finance.Detik, (11/9/2017) uang elektronik memiliki server pusat dan ada
perusahaan dan penerbit yang bertanggung jawab. Sedangkan Bitcoin disebut uang
virtual karena tak memiliki server pusat. Sistem mata uang virtual terekam
secara berantai (blockchain) dan tercatat di semua perangkat penggunanya.
Karena itulah
e-money bisa diterima karena tak lebih harganya sama dengan uang fisik.
Sehingga harganya pun cenderung stabil, oleh karenanya memenuhi syarat untuk
dijadikan alat tukar.
Melambungnya
Harga Bitcoin Berpengaruh Pada Biaya Transfer
Persoalan
selanjutnya yang dihadapi Bitcoin untuk menjadi uang dalam arti alat pembayaran
adalah mahalnya biaya atau fee yang harus dikeluarkan untuk transfer. Hal ini
seiring dengan meningkatnya ukuran file transaksi dan naiknya nilai Bitcoin,
yang artinya naik pula biaya transfer. Keunggulan Bitcoin dalam hal transfer
murah dan cepat kini tak bisa didapatkan lagi.
Contoh ketika
Anda membeli produk seharga $2, maka fee yang harus dibayarkan dan
direkomendasikan adalah $5, yang mana dengan fee tersebut waktu untuk
konfirmasi sampai 2000 menit. Lihat contoh bukti transaksinya disini. (https://blockchain.info/tx/1a86a0d6bcd97894831d961a7ff890cd9514ca654d74624c1c3686508f36826d)
Hal ini
membuktikan bahwa kini Bitcoin sudah sejenis dengan emas. Tidak mungkin bagi
Anda untuk datang ke toko berbelanja lalu membawa emas batangan sebagai alat
tukarnya. Akan ada proses dan biaya yang justru jumlahnya lebih besar daripada
harga barang yang Anda beli.
Kesimpulannya,
Bitcoin kini sudah tidak relevan lagi untuk menjadi alat tukar atau pembayaran
karena harganya yang kian melambung mengakibatkan fee untuk proses transfer
menjadi mahal. Bitcoin lebih cocok menjadi aset investasi digital. Terlebih
dengan penolakan daro otoritas beberapa negara untuk menerima Bitcoin sebagai
alat pembayaran.
2 komentar
Lebih mirip saham si kalo bitcoin itu, mending ecash aja enak itungannya investasi
Replykalau bitcoin lebih cocok disebut aset digital
ReplyEmoticonEmoticon